Bermula
dari mencermati kesulitan-kesulitan masyarakat Dusun krajan Desa Tempurejo Kec.
Tempurejo sekitar tahun 1980-an, dimana waktu itu sebagian besar mata pencaharian sehari-harinya buruh tani,
buruh kebun, dagang dan sebagian kecil pegawai negeri sipil. Faktor kondisi ini
menyebabkan masyarakat pedesaan mengalami kendala dalam mengembangkan usaha
perekonomiannya , sehingga berdampak pada sulitnya meningkatkan taraf hidupnya
sebagaimana layaknya masyarakat perkotaan.
Terkait
dengan keadaan status ekonomi lemah yang sedang dialami masyarakat Kecamatan
Tempurejo dan sekitarnya ini, menjadi alternative para orang tua/wali murid
untuk tidak melanjutkan putra-putrinya kejenjang pendidikan lebih tinggi
misalnya SLTA dan Perguruan Tinggi. Dengan demikian akhirnya banyak anak usia
sekolah tidak dapat melanjutkan pendidikannya, melainkan setelah tamat SD atau
SLTP bekerja membantu orang tua untuk memperbaiki taraf hidup keluarganya,
bahkan ada yang memilih merantau keluar kota untuk mencari lapangan kerja
sekalipun belum mempunyai bekal pengetahuan yang cukup, sedangkan para orang
tua murid yang fanatisme agamanya sangat kuat, cenderung memasukkan
putra-putrinya ke pondok pesantren Salaf, karena memang wilayah Kecamatan
Tempurejo merupakan lingkungan kota santri.
Menyikapi
problematika ekonomi yang dihadapi masyarakat khususnya Desa Tempurejo dan
sekitarnya, serta rasa keprihatinan yang mendalam terhadap anak usia sekolah
yang terlantar pendidikannya, maka pada tahun 1985 pengurus Yayasan Pondok
Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo merasa terpanggil untuk ikut serta berperan
aktif membantu meringankan beban masyarakat, khususnya para orang tua yang
memenuhi kebutuhan pendidikan putra-putrinya kejenjang yang lebih tinggi.
Menindak
lanjuti rasa keterpanggilan yayasan dalam memerangi kebodohan, karena
keterbelakangan masyarakat didaerah pedesaan, maka pengurus berkeinginan untuk
mendirikan dan memilih lembaga pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat serta lingkungan sekitarnya, atas dasar pertimbangan-pertimbangan
yaitu :
- Adanya
keberadaan Madrasah Tsanawiyah naungan YPP. Baitul Hikmah dengan jumlah
siswa yang cukup besar.
- Mengingat
jarak tempuh SLTA yang ada cukup jauh dari pedesaan sehingga sulit
dijangkau.
- Sebagian
besar ekonomi masyarakat pedesaan ekonomi lemah dan pra sejahtera yang
menjadi konsekwensi logis untuk tidak memenuhi pendidikan putra-putrinya.
- Tingkat
perbandingan jumlah murid yang tamat di SLTP/MTs lebih besar dari murid
tamatan SLTA/MA.
- Tidak
adanya penyediaan sekolah didesa tersebut yang dapat mencetak tamatan yang
siap bekerja atau menciptakan lapangan kerja, sehingga tidak dapat
mengantisipasi segala kemungkinan para tamatan yang tidak dapat
melanjutkan ke perguruan tinggi.
- Keterbatasan
sekolah penyelenggara di Kabupaten/kota
yang berorientasi pada kemampuan kerja dan mengarah pada terciptanya sikap
produktivitas, trampil, professional dan sikap mandiri.
Atas dasar pertimbangan
inilah akhirnya pada tahun 1987 pengurus membuat komitmen untuk mendirikan
Sekolah Menengah Kejuruan dengan nama Sekolah Menengah Ekonomi Atas ( SMEA )
Baitul Hikmah. Untuk menjaga dan memelihara kelangsungan kegiatan pendidikan
ini selanjutnya, pengurus yayasan melalui rekomendasi Depdikbud kab. Jember
mengajukan ijin operasional ke Depdikbud Prop. Jawa Timur. Walhasil setelah
ijin operasional diturunkan, maka pada tanggal 15 Juli 1988 SMEA Baitul Hikmah
dibuka dengan siswa sejumlah 36 orang dan tenaga pengajar sebanyak 12 orang.
Kemudian setelah turunnya SK. Mendikbud tahun 1992 SMEA Baitul Hikmah dirubah
namanya menjadi SMK Baitul Hikmah dengan bidang keahlian Manajemen Bisnis.
Selama perjalanannya SMK
Baitul Hikmah sering menghadapi kendala, khususnya dalam memenuhi biaya
operasional pendidikan, hal inilah menyebabkan sulitnya sekolah untuk
meningkatkan pendidikan baik kualitas maupun kuantitas. Satu-Satunya sumber
dana yang masuk kesekolah berasal dari para orang tua/wali murid, sedangkan
sebagian besar siswa SMK Baitul Hikmah berasal dari golongan keluarga tidak
mampu, sehingga pemasukan dana BP3 dari siswa yang jumlahnya kecil tiap tingkat
tersebut belum dapat memenuhi kegiatan operasional secara maksimal.
Pada tahun 1998 SMK
Baitul Hikmah mengalami pergantian kepemimpinan, dan bersamaan itu pula
munculnya masa pemerintahan reformasi, yang konsekwensinya antara lain yaitu mulainya
berbagai bantuan pemerintah sebagian besar realisasinya kepada bidang Kesehatan
dan Pendidikan. Masa transisi ini banyak meringankan kepada pihak lembaga
pendidikan, khususnya sekolah swasta yang ada di pedesaan. Kemudian pada tahun
2000 SMK Baitul Hikmah mengikuti akreditasi, akhirnya dengan status DIAKUI
piagam akreditasi SK. No. 2722/I04/PP/2001, 09 Pebruari 2001.
Pada tanggal 23 Desember 2006 SMK Baitul Hikmah
Tempurejo mengikuti akreditasi, dan pada tanggal 28 Pebruari 2007 turun Surat
Keputusan dengan hasil TERAKREDITASI B, no. 036/5/BASDA.P/TU/II/2007